Minggu, 14 November 2010

7 < 23 (dimulai dari 7 jam yang mengantarkan pada 23)




8 November 2010

Beberapa hari sebelum angka dua tiga, banyak hal yang terjadi, dan entah firasat atau memang akibat kondisi fisik yang sedang kurang sehat sehingga banyak sekali pikiran dan emosi labil. Disamping itu beberapa hari sebelumnya sibuk dengan beberapa kegiatan rutin yang menuntut untuk bisa sehat dan tetap dalam kondisi tubuh serta konsentrasi penuh. Ada beberapa planing yang tidak berhasil atau lebih tepatnya sedang ditunda sm yang punya Kuasa... Tetap berusaha berfikir sederhana, walau kadang sulit dipahami...Malam yang panjang sebelum memutuskan sikap yang sedikit sulit hanya untuk menyelamatkan diri dengan menghilangkan semua akses melegalkan suatu hal yg belum boleh terjadi, atau bahkan sudah tidak boleh terjadi...ya benar..akhirnya saya melakukannya...dengan resiko besar, akan kehilangan rasa ingin tahu yang mendalam tentang sebuah kabar atau sekedar keadaan yg sedang terjadi...sedang merasa kehilangan atau tepatnya belum menemukan suasana dimana saya bisa berbagi tanpa saya harus menjelaskan mengapa, kenapa, dan kok bisa, yayaya...seperti di cerita sebelumnya, persis seperti gambaran cerita "mengingat dan mereka ulang waktu yang hilang". Tidak tahu mau berbuat apa, mau menulis beberapa email dan dikirim kepada beberapa orang yang bersangkutan saja sulit, mau melakukan open chat untuk sekedar membuat kondisi lebih baik saja rasanya enggan, mau menekan sms, dan sekadar bilang "hay" saja di urungkan niatnya, dan apalagi sampai menekan nomor atau menselect nama yang ada di kontak telpon rasanya sulit sekali...mungkin malam itu hal yang lebih tepat hanya berbisik pada yang tak pernah Tidur, yang tak pernah bosan mendengar, dan yang selalu membiarkan buliran air mata jatuh lagi-lagi tanpa harus menjelaskan apa, kenapa, bagaimana dan kok bisa....
Sampai keesokan harinya, hari itu melakukan banyak hal yang jarang atau tidak pernah mau saya lakukan....jalan kaki diteriknya panas, sendirian, dan membawa dua tas besar berisi buku, netbook, dan pakaian...(tidak berniat kabur), saya berniat untuk bermalam ditempat bunda, untuk melihat keadaanya, dan mempersiapkan diri agar tidak terburu-buru mengikuti serangkaian tes Nasional keesokan harinya :)..., namun sebelum kesana, saya ingin menenangkan atau sekedar menyembunyikan apa yang saya rasakan saat itu. Untuk menuju tempat persembunyian yang hening dan aman, tanpa sorotan mata yang pasti bertanya2.,Saya harus pergi ke suatu tempat...akhirnya Perpustakaan Nasional menjadi tempat berlabuh pertama dalam perjalanan hari itu, dan saya rasa tempat tersebut paling nyaman, saya bisa melakukan semua hal sendiri, tanpa harus sibuk melihat apa yang orang lain lakukan disekitar saya, membaca apapun yg saya mau baca, menulis apapun yang saya mau nulis, atau mencoret2 kertas yang isinya cuma nama-nama dengan huruf yang dimodifikasi, atau sekedar meniru tanda tangan beberapa nama..:D.
Setelah menyembunyikan hati dan pikiran dengan larut sendiri dengan aktivitas yang disukai, saya beranjak ke tempat persembunyian lain. Saya menikmati perjalanan pulang dengan berbincang ringan dengan siapun yang saya temui, satpam, petugas aula, staff dekor pameran dan bahkan sempat mengambil gambar beberapa sudut gedung yang sudah direnovasi...Ya..dengan modal senyum cengir yg ga usah dibuat2, sapaan ringan, dengan beberapa orang yang ditemui, rasanya berhasil membuat suatu obrolan yang ringan. Kuncinya jadi diri sendiri aja...ga perlu berlaku layaknya seseorang yang punya kepentingan dan harus diperhatikan....modal nyengir tulus itu bikin nambah temen..ada abang2, ada pak satpam, ada ibu kantin,hehehehe...Detik-detik saat pulang...berusaha menikmati lagi jalan kaki disorenya sudut2 jakarta...debu sih biasa, macet uda ga heran, bunyi klakson sahut-sahutan, fiuhh...menikmati sekali sahutan klakson dan bunyi pluit polisi saat ramainya sore di sudut jakarta ...sepanjang jalan sambil bersenandung dalam hati...(cuma dalam hati ko) :D, karena saya tau suara saya :D...
Dan ini dia, dipersimpangan lampu merah jalan salemba matraman, perasaan sih sudah jalan dengan hati-hati...dengan lihat kanan kiri, dan menyebrang jalan ikut sama pejalan kaki lainnya di zebra cross..Entah salah siapa, tiba2 ada teriakan orang disebrang sana dengan teriakan.."awas mbaaaaa" baru sadar ada roda motor yang sudah menempel di jeans hitam saya pakai, dan saat itu saya cuma bisa menutup muka dan bilang "aawwww"...ada suara bapak-bapak bilang "mba jangan bengong".. Syukur Alhamdulillah..ternyata saya tidak terluka sedikit pun, saya tidak jadi Mati hari itu, sambil membuka mata, saya cuma bisa bilang,"maaf ya pak"..entah sebenrnya siapa yg salah, saya sebagai pejalan kaki yg sedang menyebrang di zebra cross atau pengendara sepeda motor yang memang melaju sebelum lampu benar2 hijau sepenuhnya...tapi saya cukup merasa bersyukur sambil menepi di trotoar berucap Alhamdulillah...berpikir, itu tadi saya mau ketabrak ya..itu tadi ga jadi kecelakaan khan ya?, jantung masih berdetak kencang, mata jadi sedikit kunang-kunang, menunggu berharap ada bis yang akan membawa saya pada niatan tempat berikutnya yaitu Masjid Agung Sunda Kelapa.Setelah menunggu bus tak kunjung melintas, sambil menikmati jantung yang berdetak begitu kencang, dan pastinya bikin sesak nafas saya kambuh..saya tetap berjalan, waktu semakin sore, dan adzan magrib pun hampir segera berkumandang, sms, telp dari mamah sudah mulai beberapa kali berbunyi, namun tidak saya angkat..*maaf mah, bikin khawatir..ternyata kontak batin sm Ibu itu ampuh ya...pas kaki mau ciuman sm motor tadi pas bgt mamah misscall :D, akhirnya untuk shalat magrib saya memutuskan tidak jadi ikut kajian dan sholat di MASK, sampailah saya di Masjid Raya Matraman, jujur belum pernah saya sholat di msjd ini, walaupun sering sekali lewat, disamping karena masjid besar yang sudah tua, saya juga sedikit takut karena daerahnya yang sepi..:), masuk masjid dgn kondisi masi deg-degn berusaha mengatur nafas dgn teratur, sambil merebahkan diri disudut masjid, tiba-tiba ada 3 orang anak kecil usia 3-4 tahun berteriak, "mba..mba ko ga sholat," sontak saya kaget, lalu menjawab, "aku sholat ko",..mereka blg, "ko ga wudhu, malah main handphone"...ini sindiran halus betapa kadang kita ga sadar, sudah waktunya sholat, dan harus menyegerakan berwudhu tapi kita masih sibuk dengan ponsel kita, Astagfirulloh..jadi malu :'). Ke tiga anak itu lalu membagikan sajadah kepada saya, memperhatikan saya memakan mukena, dan bertanya dari mana, rumahnya dimana, sekolah dimana, sungguh pertanyaan yg sederhana, lalu mereka bercerita rumahnya dimana, temannya siapa saja, mereka bilang "mba ,aku ga sekolah, tapi uda bisa baca dong"...saya mendengarkan mereka bercerita dengan seksama, sampai waktu sholat selesai, lalu mereka bilang.."mba aku mau belajar ngaji, mba mau ga ajarin aku??" is it true?? kaget banget...(bukan karena latar belakang orang tua saya, bukan karena latar belakang pendidikan saya) yang seharusnya sudah biasa melakukan hal tersebut, jadi jujur untuk mengajar ngaji orang lain, mungkin saya harus banyak belajar...tidak hanya mengenai makhroj, tajwid, tahfidznya tapi banyak hal yg harus sy pelajari...pikir saya dalam hati, saya akan ambl kesemptan ini, ya hitung-hitung sambl menunggu waktu isya,...Waw, di luar dugaan kirain hanya sedikit, tp meka memanggil beberapa temannya "eeh..sini..ada mba-mba baik deh mau ngajarn ngaji...what?? hahahhaa...cuma bisa senyum doang..karena mikir semakin banyak muridnya semakin harus bisa ngajarnya..*ini pengakuan mereka adalah murid pertama saya mengaji..semoga guru2 saya ga tau...hehehee... setelah mengaji saya mulai menikmati obrolan dengan para malaikat kecil, yang sedang membahas apapun yang mereka lihat, dan berebutan untuk bicara dan mendapatkan perhatian yang sama....Aaah..sungguh...saya menikmati hari itu, hari dimana saya melakukan hal-hal yang biasanya tidak saya lakukan, mendapatkan ketenangan dalam diri dengan melakukan rutinitas diperpustakaan, ini bukan karena saya sok pinter dan sebagainya, saya menikmati tempat ini karena suasana hening, nyaman, dan kita bisa melakukan hal apapun tanpa dipusingin orang, satu lagi karena AC nyaa..hehehe..PERNAS oh PERNAS, melakukan obrolan-obrolan ringan dengan beberapa orang dengan bermodal "nyengir dan sapaan", menyadari bahwa akhirnya saya tidak jadi mati hari itu, tidak jadi kecelakaan hari itu, dan sampai akhirnya bertemu dengan beberpa orang malaikat kecil yang memberi makna, bahwa saya begitu masih dibutuhkan oleh orang lain, saya begitu banyak harus lebih bersykur atas kehidupan yang saya miliki, saat saya merasa saya butuh diperhatikan lebih, ternyata ada banyak hal disekitar sya yang justru membutuhkan hal yang sama dengan porsi yang lebih...setelah menceritakan ini ke mama, mama berucap "insting seorang ibu sama anaknya itu kuat, Alloh masih mejaga kamu, harus lebih diseringin lagi baca qur'annya...jangan bengong lagi kl dijalan, bnyakin baca Ya Rahman- Ya Rahim...berarti Alloh masih kasih kamu umur buat melakukan hal lain yang lebih bermanfaat...Subhanalloh, Walhamdulillah, Allahuakbar.....Dan sampai saya menulis ini saya sudah mengulas apa yang terjadi tujuh jam kedepan menuju dua puluh tiga tahun, Syukur Alhamdulillah...ada doa,nasehat, teguran, cinta Allah yang tersampaikan melalui cinta orang-orang yang baik disekitar saya....


Terima kasih semua...semoga cinta saya pada kalian, cinta kasih kalian membawa kebaikan untuk semua... :)

Mengingat dan Mereka Waktu yang Hilang


Saya kehilangan moment dimana saya bisa berbagi apapun dan bercerita ttg apapun, mesti tak harus diberikan solusi cerdas dan solutif, saya rindu mendengar dan di dengar sedikit cerita yang sederhana atau atraktif, saya mengingat cara-cara menjadi berpura-pura tahu, dan layaknya sosok cerdas agar menemukan titik kenyamanan, saya mengingat bagaimana cerita mengalun bgtu saja, tanpa saya harus menjelaskan kenapa, kok bisa, dan yang lainnya...
Saya mengingat waktu dimana saya bisa begitu dewasa dan perkasa menyikapi masalah-masalah pelik milik orang lain, namun menangis tersedu-sedu karena sisi hati manja dan ingin dimengerti, saya mengingat perdebatan-perdebatan kecil sampai menghasilkan perdebatan besar yg diakhiri oleh kata maaf, saya mereka waktu dimana argumen saya bergelut dgn pikiran-pikiran itu, lalu satu sama lain, mencoba menerima, dan memahami, saya mengingat akting2 perkasa kedewasaan, padahal saya tau, semua keaslian,
Dan ketika yang dirasa begitu banyak, namun tak ada arah bagaimna cara mengungkapkan, saya hanya mampu mengingat dan meraba membayangkan saya bisa bercerita, tanpa saya harus berpura2 pandai atau membodohi diri saya sendiri, saya bisa tangguh namun rapuh saat saya butuh sekedar bersandar sejenak, dan saya tak malu menangis ketika saya rasa saya harus menangis,..
Saya mengingat bagaimana argumen tentang perbedaan yang didebatkan, saya mengingat keterbatasan kemampuan mengkonfrontir yg diakhiri dengan dentuman...

Kini ketika teman itu hilang, ketika rasa percaya berbagi mulai berkurang, ketika sebagian kerapuhan harus diselimuti ketangguhan...berseru lirih hati..Tuhan Kau pasti lebih tau apa yg kurasakan...